21 Oktober 2015
Hampir satu bulan saat semuanya dimulai. Semua telah berubah. Ya, kau telah
berhasil merubahnya. Kurasa kita berdua saat ini tengah menikmati kebersamaan
ini. Penuh tawa, senyum. Namun, masih ada satu hal yang mengganjal di pikiranku
saat itu, sampai kapan hal ini akan berlangsung. Sampai kapan salah satu dari
kita akan merasa bosan dengan kebersamaan dan meninggalkan yang lain dengan
dalih ‘aku butuh me time’ dan tak pernah kembali pada ‘this our times’.
Tanpa rasa peduli kuenyahkan semua pikiran itu. Aku tak ingin merusak
kebahagiaan yang mungkin hanya sesaat ini dengan pikiran negatifku. Dan memang
itulah aku, aku tak akan membiarkan pikiran negatif mengacaukan kehidupanku.
Setidaknya, tak ada ruginya untuk tetap berpikiran positif. Dan harus kuakui,
jika aku membiarkan pikiran negatif menguasaiku saat itu, semua akan berakhir
saat itu juga. Dan aku tak akan pernah mengerti bagaimana akhir dari semua
cerita yang terlihat cukup mempesona ini, setidaknya bagiku. Dan yang lebih
buruk, aku tidak akan pernah mendapat pelajaran itu. Ya, dan pelajaran itulah
yang membuatku bersyukur bisa bertemu denganmu.
Setelah berhasil memasuki kehidupanku, kau pun mencoba untuk membuka dirimu
sendiri. Dan aku menghargai kejujuranmu itu. Sangat menghargainya. Dan mungkin
kau menyadari bahwa penghargaanku pada semua orang lah yang menjadi passion
unik yang aku miliki, yang juga telah membawamu melangkah terlalu jauh ke dalam
lingkaran medan kehidupanku. Perlahan kau membiarkan kehidupanmu larut dalam
semua ini. Dan sorot ketulusan di matamu tidak membuatku berpikir bahwa ada
niatan buruk di sana. Dan entah saat itu kau memang sengaja atau bagaimana, aku
tak tahu. Yang jelas, itu semua sangat berbeda dengan kau yang ku kenal saat
ini. Bukan saat itu.
Seiring berjalannya waktu, kita saling terbuka, menceritakan tentang
masing-masing, serta menjadi pendengar setia yang menikmati berputarnya waktu
dalam kebersamaan. Tertawa, tersenyum, suasana hangat, dan kenyamanan, hanya
itulah yang bisa kuingat saat itu. Dan mengira semua hal itu juga terjadi
padamu. Apakah perkiraanku benar atau salah, hingga saat ini akupun tak tahu.
Dan seandainya aku bertanya padamu, kau pasti berbohong. Jadi, diam adalah
langkah paling tepat yang terbersit dalam pikiranku.
Kuncup bungapun menggelar mahkotanya
Menawarkan keindahan
Indah dan wangi
Namun siapa yang tak tahu
Mawar adalah bunga berduri
Yang siap membuatmu berdarah semerah mahkotanya
Luka yang sebanding dengan pesona
to be continued...
0 Response to "Good Bye Masa Lalu (Part 3)"
Post a Comment