Good Bye Masa Lalu (Part 2)

10 Oktober 2015
Sepuluh hari, bukan waktu yang lama mungkin. Rasa curigaku telah terkikis. Aku mulai meletakkan beberapa kepercayaan kepadamu, yang tampaknya kini harus ku sesali. Tak ada yang istimewa memang. Tapi itu cukup berharga bagimu yang merasa telah memenangkan permainan ini. Kau boleh menganggapnya piala kemenangan untukmu. Dan kurasa itu tidak terlalu berlebihan.
Tanpa kusadari aku semakin sering bersamamu. Entah mengapa aku merasa biasa saja. Padahal kau tidak termasuk dalam nominasi orang yang biasanya bergumul dengan duniaku. Jika aku boleh menilai, kau sama sekali berbeda dengan teman-teman dekatku yang konyol, humoris dan bahkan terkadang tidak tahu malu. Bukannya aku menghakimimu, hanya saja kadang aku merasa tidak nyaman dengan sikap jaim yang kunilai sebagai kekangan terhadap kebebasan eksplorasi.
Perjuanganmu telah meyakinkanku untuk percaya bahwa kau layak untuk mendapatkan suatu tempat di hidupku. Meski itu bukan tempat yang spesial pada awalnya. Namun, hingga saat ini, membiarkanmu berada di sana pada saat ini telah ku anggap sebagai kesalahan yang paling ku sesali dan membuatku tak pernah memaafkan diriku sendiri untuk itu.
Dalam seminggu, setidaknya kau pasti menemuiku 3 kali, bahkan bisa lebih. Aku tidak merasa terganggu dengan hal itu. Bahkan, pernah sekali terbersit dalam pikiranku untuk membuatmu menjadi pribadi humoris yang jauh dari kata jaim dan arogan agar kau bisa lebih masuk dalam kehidupanku. Karena, sejujurnya aku cukup merasa nyaman dengan kehadiranmu. Setidaknya untuk saat itu. Mungkin kau juga merasakannya.
Waktu terus bergulir. Intensitas pertemuan kita semakin tinggi. Tanpa kau sadari, kau pun juga berubah menjadi pribadi yang semakin lunak. Dan kau tahu, aku menyukai itu. Meski tak jarang sikap jaim dan aroganmu muncul yang membuat aku sedikit merasa terganggu. Tapi tak masalah pikirku, itu adalah proses yang suatu saat akan berakhir. Dan itu adalah salah satu dari sekian banyak pikiran bodoh yang menyelinap di labirin otakku saat aku menghabiskan waktu denganmu. Walaupun demikian, pikiran itu tidak sepenuhnya salah. Pada kenyataannya, proses itu memang benar-benar berakhir, hanya saja, tidak seperti yang kuharapkan. Mungkin itu bisa kau catat dalam daftar kekalahanku.
Tak jarang dalam kebersamaan itu, aku bisa tertawa dengan polos. Aku bisa menjadi diriku sendiri, dan itulah yang kuharap sedari dulu. Menjalani hidup tanpa alih-alih topeng yang memborgol kreatifitas. Dan pada saat seperti itu, aku berharap kau tak pernah berubah. Tak berubah dari dirimu yang kukenal, yang pada akhirnya harus ku akui semua itu adalah topeng yang dirimupun tak sanggup untuk memakainya selamanya. Dan untuk hal ini, aku sepenuhnya benar, dan kau harus mengakuinya.
Pada saat seperti ini kita, bukan hanya aku, sangat menikmati pergerakan waktu yang terasa begitu singkat. Aku dapat melihat itu dari 2 bola matamu, anggota tubuhmu yang paling jujur dan tak pernah bisa berbohong kepadaku, dalam keadaan apapun. Hanya saja, yang tak pernah kutahu hingga saat ini, apakah kilatan di matamu itu karena bahagia bersamaku, ataukah puas bisa bersamaku. Dua hal yang berbeda di mataku, dan identik di benakmu.
Segalanya telah berubah
Kau menyulap abu-abu menjadi kilatan perak
Menyilaukan mata, membutakan hati
Kau menawarkannya
Hangat, penuh arti nan tersembunyi
Hingga mawarpun tak mampu menolak untuk merekah

to be continued..

Related Posts:

0 Response to "Good Bye Masa Lalu (Part 2)"

Post a Comment